Keampuhan dan Manfaat Mantra Shurangama
Di dalam
Sutra Shurangama Hyang Buddha ber-sabda :
Ananda, Dharani Kumpulan Cahaya Usnisha Buddha
(Shurangama Dharani) ini me-lahir-kan
sepuluh Penjuru Para Buddha, Sepuluh Penjuru Para Tathagata, karena Mantra ini
memperoleh Anuttara Samyak Sambodhi.
Dengan ber-pegang-an
pada Mantra ini, sepuluh Penjuru Para Tathagata menaklukkan semua Mara dan
semua Ajaran sesat.
Dengan ber-kendaraan
Dharani ini, Sepuluh Penjuru Para
Tathagata dapat duduk di atas Ratnapadma dan hadir di berbagai Penjuru Dunia
yang banyak-nya bagai-kan butir-an debu.
Dengan
mengandung Dharani ini, Sepuluh
Penjuru Para Tathagata memutar Maha Dharmacakra di berbagai Dunia yang banyak-nya
bagai-kan butiran debu.
Dengan men-jaga
Dharani ini, Sepuluh Penjuru Para
Tathagata dapat mem-beri-kan Vyakarana
(ramalan pencapaian ke-Buddha-an) di sepuluh Penjuru Dunia. Meskipun hasil
belum ter-wujud, namun telah menerima Vyakarana
dari Buddha.
Dengan Dharani
ini, Sepuluh Penjuru Tathagata mampu men-cabut penderitaan Para Insan di
sepuluh Penjuru,
seperti derita Neraka, Setan kelaparan, Alam Hewan;
derita buta,
tuli dan bisu; derita kebencian, dendam
dan derita ber-pisah dengan yang di-cinta;
derita tidak mem-peroleh apa yang di-harap-kan;
derita merajalela-nya Panca Skandha (kelompok batin)
serta ber-bagai
petaka kecil maupun besar,
dalam waktu ber-sama-an akan di-bebas-kan.
Kesusahan
akibat perampokan, bala tentara, Raja, penjara dan belenggu;
kesusahan yang di-timbul-kan
oleh unsur angin, api dan air,
kelaparan dan kemiskinan,
semua akan sirna
dengan me-renung-kan-nya Dharani ini.
Dengan
senantiasa mengikuti Dharani ini,
Sepuluh Penjuru Tathagata mampu menjadi seorang Guru Pembimbing bagi sepuluh Penjuru,
dalam kondisi ber-aktivitas, diam, duduk, maupun ber-baring dapat mem-beri-kan
berbagai Pujana sesuai kehendak. Bahkan
menjadi seorang Dharmarajaputra di tengah Pasamuan Tathagata yang banyak-nya
bagai-kan butir-an pasir Sungai Gangga.
Dengan men-jalan-kan
Dharani ini, Sepuluh Penjuru
Tathagata mampu mem-bimbing Para Kerabat-nya dari berbagai Kehidupan yang
lampau di sepuluh Penjuru, serta membuat Para Pengikut Hinayana tidak takut dan
ragu-ragu lagi (antipati) jika men-dengar-kan tentang kumpulan Ajaran rahasia
(esoteric) yang sangat menakjubkan.
Dengan me-lafal
Dharani ini, Sepuluh Penjuru
Tathagata mencapai Anuttara-Samyaksambodhi
duduk di bawah pohon Bodhi memasuki Mahanirvana.
Dengan mem-babar-kan
Dharani ini, sepuluh Penjuru Buddha
setelah Maha Parinirvana, Siswa mampu
mem-praktek-kan dan me-lestari-kan Dharma, mampu men-jalan-kan sila dengan baik dan suci.
Bila Saya
mem-babar-kan keagungan Dharani ini, dari
pagi sampai petang dengan suara terus mengalir tanpa ter-putus serta tanpa pengulangan
kata, demikian seterus-nya selama kalpa
yang lama-nya bagai-kan butiran pasir Sungai Gangga, masih tidak akan mampu
selesai meng-ungkap-kan-Nya. Dharani
ini di-nama-kan juga Tathagata
Usnisha.
Wahai Anda
sekalian Para Pemula (Siswa yang masih tahap belajar), yang belum meng-akhiri Tumimbal
lahir, namun dengan ketulusan ingin mencapai ke-Arahatan, memasuki mandala
dengan tanpa men-jaga Dharani ini,
serta ingin ter-hindar dari segala kekejian, tidak ada hal yang demikian itu (
bila tidak menjaga Dharani ini ).
Ananda, bila Para Insan di berbagai Dunia,
bila
dapat menuliskan Mantra ini (huruf Sansekerta)
dan menempatkan-nya ke dalam
kantong saku,
meskipun batin-nya masih kalut
sehingga tidak mampu me-lafal dan
meng-ingat Dharani ini,
namun bila dapat
mem-bawa serta Dharani ini
maupun mem-per-semayam-kan
di tempat tinggal-nya,
ketahui-lah Orang ini,
dalam Kehidupan ini tak akan
terlukai oleh segala macam racun.
Ananda,
sekarang akan Aku jelas-kan kembali kekuatan kewibawaan Dharani ini kepada-mu, demi melindungi Para Insan di Dunia ini,
supaya bebas dari rasa takut, supaya me-realisasi-kan Kebijaksanaan Agung.
Setelah Aku parinirvana,
bila Para Insan di masa yang akan datang dapat me-lafal,
ataupun mengajari Orang
lain supaya me-lafal-nya,
ketahui-lah bahwa Para Insan yang men-jaga-nya
tidak
akan ter-bakar oleh api, tenggelam oleh air
dan tak dapat di-lukai oleh racun
biasa maupun ganas.
Bahkan Para Dewa, Naga, Setan, Roh Langit dan Roh Bumi,
Mara dan Siluman yang suka menyesatkan, juga Mantra dan doa jahat,
tidak akan
dapat melukai.
Kekuatan Dharani
ini mampu mem-bangkit-kan Samadhi
dalam batin.
Segala macam guna-guna dan racun yang memasuki mulut praktisi Dharani ini akan ber-ubah menjadi Amrta.
Segala bintang kejahatan, Para Dewa
dan Setan, Manusia ber-hati racun,
bila ber-hadap-an dengan Praktisi Dharani ini
tidak akan bisa mem-bangkit-kan
kejahatan-nya.
Para Vinayaka (Dewa rintangan) dan Para Raja Setan kejahatan,
akan timbul rasa hormat sehingga akan
senantiasa melindungi.
Ketahui-lah Ananda, bahwa Dharani ini senantiasa di-ikuti siang dan malam oleh koti-an Para Vajraraja Bodhisattva se-jumlah
delapan puluh empat ribu nayuta butir-an
pasir Sungai Gangga, dan masing-masing dari mereka mempunyai kerabat Para
Vajra.
Bila ada Insan yang menjaga Dharani ini dalam batin maupun ber-suara,
walaupun dengan batin yang kacau tanpa Samadhi,
namun Vajraraja akan tetap senantiasa melindungi Para Putra ber-budi tersebut.
Apalagi yang dapat men-jaga-nya dengan mem-bangkit-kan
Bodhicitta dan dengan Samadhi. Maka Para Vajra Bodhisattva Guhyaraja
ini, akan segera me-murni-kan kesadaran Pelafal Dharani ini, sehingga Orang tersebut akan mampu mengetahui dan meng-ingat
segala sesuatu selama delapan puluh empat ribu kalpa tanpa ke-ragu-ragu-an.
Dari kalpa pertama sampai mem-peroleh tubuh terakhir sebelum mencapai Ke-Buddha-an,
dalam setiap kelahiran tak akan lahir di Alam Asura Raksasa, Putana, Kataputana, Kumbandha,
Pisaca dan lain sebagai-nya, serta Para Setan kelaparan, yang ber-wujud maupun
tidak, yang mampu ber-pikir atau tidak, maupun semua Alam rendah.
Wahai
Putra yang ber-budi,
bila me-lafal-kan, bila men-cetak maupun menyalin-nya,
bila mem-bawa maupun mem-per-semayam-kan-nya Dharani ini,
meng-hatur-kan ber-bagai
pujana,
maka selama-nya tidak akan ter-lahir sebagai Orang miskin maupun semua Alam
rendah dan tempat yang tidak menyenangkan.
Walupun Orang yang demikian tidak
pernah menanam bibit Pahala Kebajikan, maupun Sepuluh Penjuru Tathagata akan
meng-anugerah-kan Pahala Kebajikan kepada Orang ini.
Maka dari itu, dia akan
selalu bersama dengan Buddha dalam setiap kelahiran selama ber-kalpa-kalpa yang
tak terhingga, Pahala-nya tak terhingga bagai-kan buah ranum yang tumbuh
mengumpal, selama-nya bersama dalam membina diri (dengan Bodhicitta yang hendak
mencapai Ke-Buddha-an).
Oleh karena itu-lah Dharani ini
mampu membuat Orang yang pernah me-langgar sila
dan menyesali-nya juga segera ber-tobat,
akan ter-suci-kan kembali akar sila-nya.
Bagi
yang belum mem-peroleh sila akan mem-peroleh
sila (mem-peroleh kemampuan ber-tahan men-jalan-kan sila); Yang tidak tekun
akan menjadi tekun, yang tidak memiliki kebijaksanaan akan menjadi bijaksana,
yang tidak suci akan segera mampu men-jalan-kan kehidupan suci, yang tidak
mampu men-jalan-kan sila, akan menjadi
mampu.
Ananda,
saat Putra yang ber-budi men-jaga Dharani
ini,
akan mampu me-lenyap-kan segala pelanggaran sila yang telah dilakukan-nya sebelum mem-peroleh dan memulai men-jaga
Dharani ini, baik itu pelanggaran
ringan maupun berat.
Dari ber-mabuk-mabuk-kan, gemar meng-konsumsi lima sayuran
menyengat dan berbagai kebiasaan yang tidak suci yang di-lakukan-nya sebelum
mengenal Dharani ini, setelah dia men-jaga-nya,
maka Para Buddha Bodhisattva, Vajra dan Para Dewa tidak akan memandang-nya
sebagai Pendosa.
Walaupun
mengenakan pakaian usang dan tidak bersih, namun segala aktifitas-nya akan
menjadi murni. Walau tak mem-bangun mandala, tak memasuki Tempat Ibadah, dan
tak men-jalan-kan formalitas Ajaran tertentu, bila me-lafal-kan Dharani ini, maka akan mem-peroleh Pahala
bagai-kan memasuki mandala dan men-jalan-kan segala Aturan-nya.
Bila telah
melakukan lima dosa besar atau Pancanantaryakarma (mem-bunuh Ayah, mem-bunuh Ibu, mem-bunuh Arahat, me-lukai Buddha, memecah
belah Sangha) dan Catvarahparajikadharmah
(pelanggaran berat untuk Para Bhiksu),
namun telah ber-tobat dan tak meng-ulangi-nya
lagi,
dengan men-jaga Dharani ini,
maka karma berat seperti itu akan sirna
bagai-kan angin kencang meniup pasir
sampai tak ter-sisa sedikit pun.
Ananda,
bila ada Insan yang telah melakukan ber-bagai karma buruk baik itu ringan
maupun berat,
yang di-lakukan sejak ber-kalpa
yang lampau,
dan tidak sempat melakukan formalitas pertobatan,
bila dapat me-lafal,
menyalin, mem-bawa
serta dan mem-per-semayam-kan di rumah maupun halaman,
maka
karma buruk tersebut akan sirna
bagai-kan salju yang ter-siram air panas,
dan
dalam waktu singkat akan me-wujud-kan Anuttpatikadharmaksanti
(Pencerahan memahami realitas ke-tidak-muncul-an).
Dan lagi, Ananda,
bila ada seorang Wanita yang
belum me-lahir-kan Putra atau Putri
dan me-mohon ingin mengandung,
bila dapat
dengan se-penuh hati meng-ingat
dan me-renung-kan Dharani ini,
atau mem-bawa serta Dharani ini,
maka akan me-lahir-kan Putra maupun Putri yang memiliki
Berkah dan Kebijaksanaan.
Bagi yang meng-ingin-kan panjang usia,
akan mem-peroleh
panjang usia;
Barang siapa ingin supaya perbuatan baik-nya segera ber-buah,
maka akan segera mem-peroleh buah karma baik-nya.
Mengenai nyawa dan kesehatan
juga demikian hal-nya.
Setelah akhir
hidup-nya, akan terlahir di sepuluh Penjuru Tanah Suci sesuai kehendak, dan
sudah pasti tidak akan terlahir di tempat yang menderita, apalagi Alam rendah.
* * * * *
Ananda, jika di ber-bagai Negara atau Wilayah,
terjadi bencana kelaparan dan wabah penyakit,
atau bencana senjata dan
kejahatan merajalela,
atau peperangan yang tiada henti-nya,
ataupun Wilayah
yang di-landa bencana kekeringan, angin ribut atau topan dan hujan es,
tulis-lah
Dharani ini
dan semayam-kan di empat Penjuru
pintu Kota
serta ber-bagai Tempat Ibadah atau Vihara maupun Dvaja Dharani,
kerah-kan-lah supaya Para Insan itu di Negeri
menyambut
dan menerima Dharani ni,
ber-sujud
dan meng-hormati,
se-penuh hati mem-beri-kan pujian,
setiap Penduduk mem-bawa-nya
serta di badan,
masing-masing mem-per-semayam-kan-nya di rumah kediaman-nya,
maka semua petaka itu akan sirna.
Ananda, bila di-mana-mana ada Dharani ini,
tiap Penduduk mempunyai Dharani ini,
maka Dewa dan Naga akan ber-suka
cita,
hujan akan turun pada waktu-nya,
hasil panen akan melimpah, aman dan
tenteram.
Demikian pula, Dharani ini
dapat mengendalikan segala bintang kesialan dan petaka
supaya tidak mem-buat
kekacauan.
Segala malapetaka tidak akan timbul,
Penduduk juga tidak akan mem-peroleh
bencana yang mem-buat pendek usia,
segala jerat dan belenggu tak akan mem-belenggu
tubuh,
tidur dengan tenteram tanpa mimpi buruk.
Ananda,
ketahui-lah bahwa Dunia Saha ini ada
delapan puluh empat ribu bintang petaka dan kesialan yang di-kepalai oleh dua
puluh delapan bintang petaka, dengan delapan bintang malapetaka sebagai Pimpinan-nya.
Saat mereka dengan ber-bagai rupa muncul di Dunia, maka akan menimbulkan ber-bagai
malapetaka bagi Para Insan, namun di
tempat di mana ada Dharani ini, semua
petaka akan sirna.
Dalam
jarak dua belas yojana akan menjadi simabandhana, segala petaka selama-nya
tidak akan sanggup memasuki.
Oleh karena itu-lah Tathagata mem-babar-kan Dharani ini, supaya di Masa yang akan
datang dapat melindungi Para Sadhaka yang baru belajar, sehingga mampu memasuki
Samadhi, jasmani dan rohani-nya
selalu di-liputi ketenangan, mem-peroleh ketenteraman.
Bahkan tidak akan ada Para
Mara, Setan dan Dewa, maupun Para musuh sejak berbagai Kehidupan yang lampau,
tidak akan ada yang sanggup me-lukai Praktisi ini.
Engkau dan
Para Siswa di tengah Pasamuan ini, serta Para Sadhaka di Masa yang akan datang,
dengan ber-dasar-kan instruksi pendirian mandala dari-Ku, jalan-kan-lah sila, terima-lah sila dari seorang Bhiksu yang benar-benar men-jalan-kan sila dengan murni, saat me-lafal Dharani ini, dalam hati jangan sampai
timbul keraguan maupun kemalasan.
Maka Para Putra
ber-budi itu ( Dalam Garis Lurus Shurangama di-sebut-kan bahwa Putra ber-budi
adalah istilah bagi Siswa Buddha yang tidak melakukan empat pelanggaran sebagai
berikut :
1. Tidak mematuhi Aturan mandala dari instruksi Guru;
2. Sila
yang ber-noda;
3.
Menghina Guru Akar;
4.
Ragu-ragu, tidak memiliki keyakinan )
dengan tubuh yang di-lahir-kan
oleh Ayah dan Ibu ini (tubuh saat ini juga), jika tidak bisa mem-peroleh
pencapaian penembusan hati, maka Sepuluh Penjuru Tathagata telah ber-dusta.
Setelah
Buddha mem-babar-kan-nya, ratus-an ribu Para Vajra bersama ber-sujud pada
Buddha, dan ber-kata :
”Seperti yang di-kata-kan oleh Buddha, dengan se-penuh
hati, Saya akan melindungi siapa pun yang mem-bina diri dalam Bodhicitta”.
Kemudian, Raja Brahma dan Dewa Indra serta Catur Maharajika ber-sujud
pada Buddha dan ber-kata,
"Bila ada Orang bajik yang menekuni-nya,
Saya akan
dengan se-penuh hati melindungi-nya,
supaya dalam Kehidupan-nya ini segala
harapan-nya akan ter-kabul.”
Para
Jenderal Yaksa yang jumlah-nya tak terhingga, Para Raja Raksasa, Raja Putana,
Raja Kumbandha, Raja Pisaca, Vinayaka, Para Raja Setan dan Para Panglima Setan,
ber-sujud pada Buddha, ”Saya juga ber-sumpah melindungi Orang tersebut, supaya dapat
segera menyempurnakan Bodhicitta-nya.”
Ada lagi, Para
Pangeran Dewa Surya dan Candra yang banyak-nya tak terhingga, Para Dewa Hujan
dan Vayu, Awan dan Guntur, serta Dewa Petir dan lain sebagai-nya, Dewa Tahunan
dan Para Kerabat Per-bintang-an di Pasamuan, ber-sujud pada Buddha, dan ber-kata
:
”Saya juga akan melindungi Para Sadhaka tersebut, men-diri-kan Tempat Ibadah
dengan tenteram, serta bebas dari rasa takut.”
Para Dewa
Gunung dan Dewa Samudera yang jumlah-nya tak terhingga, Para Dewa Tanah, Air
dan Dewa-Dewa Penguasa ber-bagai hal di Bumi, Raja Vayu, Arupa Deva, ber-sujud
pada Buddha, dan ber-kata:
"Saya juga melindungi Sadhaka tersebut, supaya
memperoleh Bodhi, selama-nya tiada
hal-hal buruk”.
Saat itu,
delapan puluh empat ribu nayuta koti butir-an pasir Gangga Para Vajragarbharaja
Bodhisattva di Pasamuan, bangkit dari tempat duduk-nya, ber-sujud pada kaki
Buddha dan ber-kata :
”Bhagavan, seperti hal-nya kita, yang telah mem-bina diri
sejak Masa lampau dan men-capai Bodhi,
namun Kita semua tidak memasuki Nirvana,
untuk selalu mengikuti Dharani ini,
untuk melindungi Para Sadhaka sejati yang menekuni Samadhi di Masa penghujung Dharma.
Bhagavan, Sadhaka
yang ingin mem-peroleh Samadhi benar,
bila dia sedang berada di Tempat Ibadah maupun melakukan perjalanan, bahkan
bila mereka me-lafal-kan Dharani ini
dengan tidak mengetahui cara me-musat-kan pikiran,
Kami semua tetap akan
melindungi Orang tersebut.
Raja Mara dan Mahesvara Raja tidak akan dapat mem-peroleh
kesempatan meng-ganggu.
Para Dewa dan Setan kecil akan mengambil jarak sepuluh yojana men-jauh dari Orang bajik Praktisi
itu, kecuali bila mereka semua juga mem-bangkit-kan Bodhicitta ingin menekuni samadhi.
Bhagavan, demikian-lah
Para Mara jahat dan Kerabat-nya,
bila hendak meng-ganggu Orang bajik itu,
saya
akan meng-guna-kan Vajra mustika
meng-hancur-kan kepala-nya sampai lebur menjadi
debu,
supaya Orang itu men-dapat-kan segala sesuatu-nya terjadi sesuai kehendak”.
Mantra Pendek Shurangama
:
OM
ANALE ANALE
VISADA VISADA
BANDHA BANDHA
BANDHANI BANDHANI
VIRA VAJRAPANI
PHAT HUM BRUM PHAT
SVAHA
( Setiap hari di-lafal-kan
minimum 21 kali )
Sumber :
Majalah Harmoni
Edisi
No.16/01/1/HAR/10
Halaman 43-46